Jumat, 12 Agustus 2011

gua hira

Gua Hira, Tempat Nabi Muhammad SAW Pertama Kali Menerima Wahyu

Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui malaikat Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri dari masyarakat yang pada saat itu masih belum beriman kepada Allah. Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap orang harus memiliki fisik yang kuat.

Saling Berebut di Gua Hira

 
Perjalanan ibadah haji bagi para jamaah haji bukan hanya melakukan rukun dan sunnah ibadah haji. Tapi, mereka juga melakukan ziarah. Salah satu tempat ziarah yang diburu para jamaah haji adalah gua Hira di Jabal Nur. Mereka berebut masuk ke dalam gua hira yang sangat sempit itu. Fajar juga belum muncul. Azan subuh masih akan berkumandang 1 jam lagi. Tapi, sejumlah jamaah haji nekat mendaki gunung berbatu menembus hembusan angin dingin kota Makkah. Di antara mereka tampak jamaah haji dari Pakistan dan Turki yang berbadan besar, juga jamaah haji asal Indonesia yang berbadan lebih kecil. Sejak pukul 04.30 Waktu Arab Saudi (WAS), barisan orang yang mendaki gunung itu sudah terlihat. Mereka ingin salat subuh di atas gunung itu. Ketika hari makin siang, maka bertambah banyaklah orang-orang yang mendaki gunung ini. Nama gunung itu, Jabal Nur, yang berarti ‘Gunung Cahaya’. Gunung ini terletak 6 km sebelah utara Masjidil Haram. Di lima meter bawah puncak gunung terdapat gua Hira. Di gua inilah, berabad-abad lalu, Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu pertama, yaitu surat Al Alaq ayat 1-5. Gua Hira inilah yang dijadikan rebutan para peziarah. Mereka ingin memasuki gua yang menjadi tempat bertemunya Rasulullah dengan Malaikat Jibril itu. Padahal, gua ini hanya berukuran sempit, cukup hanya untuk empat orang saja. Untuk menuju puncak gunung, seseorang rata-rata memerlukan waktu selama 1 jam dari dasar gunung. Medannya cukup sulit. Tidak ada titian tangga yang teratur dari dasar tangga, seperti yang ada di Jabal Rahmah. Para peziarah harus mendaki melewati batu-batu terjal. Harus ekstra hati-hati! Jalan bertangga hanya ditemukan setelah 3/4 perjalanan. Menjelang puncak gunung, peziarah bisa mendaki dengan sedikit agak santai. Begitu sampai di puncak gunung, peziarah sudah dengan gampang melihat Gua Hira. Saat ini, di samping gua itu terdapat tulisan ‘Ghor Khira’ berwarna merah yang berarti Gua Hira. Di atas tulisan itu juga dituliskan dua ayat awal surat Al Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping tulisan itu. Untuk mencapai gua Hira, peziarah harus turun sedikit dari puncak gunung, sekitar 5 meter saja. Namun, medannya cukup sulit, karena harus melewati batu-batu besar. Hanya sebagian besar peziarah laki-laki saja yang bisa sampai ke gua itu, meski sejumlah jamaah perempuan juga ada yang nekat. Saat wartawan detikcom Arifin Asydhad berkunjung ke Jabal Nur, Senin (26/12/2005) lalu, gunung ini sudah ramai dengan peziarah. Bahkan, mereka saling berebut masuk ke gua Hira. Mereka rela berjubel-jubel dan saling dorong di depan gua yang sempit itu, demi untuk masuk ke dalam gua. Memang beragam tujuan para peziarah untuk nekat mendaki gunung ini. Ada jamaah yang meyakini mereka mendapatkan berkah di dalam gua Hira. Ada jamaah yang ingin melakukan salat di atas gunung. Ada jamaah yang ingin merasakan seberapa berat perjalanan Rasulullah ke puncak gunung itu. Dan ada juga yang hanya penasaran dengan gunung yang selalu jadi rebutan peziarah ini. Sebenarnya, pemerintah Arab Saudi tidak menganjurkan para peziarah untuk mendaki gunung ini. Ini terlihat pada papan pengumuman pemerintah Arab Saudi di jalan masuk menuju gunung. Imbauan ini ditulis dalam beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia. “Saudara kaum muslim yang berbahagia: Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan kita untuk naik ke atas gunung ini, begitu pula salat, mengusap batunya, mengikat pohon-pohonnya, dan mengambil tanah, batu, dan pohonnya. Dan kebaikan adalah dengan mengikuti sunah Nabi SAW, maka janganlah Anda menyalahinya”. Meski ada larangan ini, namun peziarah tidak mempedulikannya. Bahkan, seperti kebiasaan tahun lalu, semakin mendekati pelaksanaan ibadah haji, maka Jabal Nur ini akan semakin ramai diserbu oleh para peziarah. Jamil, salah seorang jamaah haji asal Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk salah seorang jamaah haji Indonesia yang berhasil masuk ke dalam gua Hira. Perjuangannya untuk masuk ke gua itu tidaklah ringan, karena harus berebut dengan jamaah asal Turki dan Pakistan. “Saya puas mas,” kata dia setelah masuk ke dalam gua Hira. Menurut dia, gua itu sangat sempit dan gelap, hanya cukup 4 orang. Di gua, Jamil tidak bisa terlalu lama, karena harus bergantian dengan jamaah lain. “Di dalam gua, saya hanya berdoa agar diberi keselamatan di dunia dan akhirat,” kata Jamil. Foto: Para peziarah tampak berebut di mulut Gua Hira. Saling sikut dan dorong sudah biasa.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar